Jatuh cinta? Pasti semua
orang pernah merasakan yang namanya jatuh cinta, sudah jutaan lirik lagu
tercipta karena yang namanya cinta itu. tapi pernahkah anda bertanya tanya
kenapa manusia bisa mengalami yang namanya jatuh cinta?
Kenapa Manusia Jatuh Cinta? Ini Jawabannya!
► Karena Manusia Punya Nafsu
Nafsu dikatakan sebagai tahap awal dalam hubungannya dengan cinta. Nafsu sendiri distimulus oleh hormon seksual di dalam tubuh. Hormon inilah yang kemudian menggairahkan nafsu seseorang di dalam otaknya. Estrogen dan Testosteron adalah dua jenis dasar hormon yang terdapat pada tubuh manusia dengan proses limbik yang kemudian menanggapi nafsu tentang kesehatan dan cara mengurangi stres.
► Dari Nafsu, Muncullah Daya Tarik
Tahap kedua pada saat manusia jatuh cinta dilandasi oleh daya tarik. Fase ini dikatakan sebagai salah satu momen indah hidup. Ini adalah fase ketika seseorang benar-benar mulai merasakan cinta. Seseorang dalam fase ini akan merasakan ketidaksabaran untuk menarik seseorang sehingga merasa gembira saat bertemu, merasa tersiksa saat merindu, dan merasa ingin selalu dekat dengan yang dicinta.
Secara ilmiah, telah disimpulkan dalam penelitian mengenai cinta bahwa ada tiga sub-tahap yang menggambarkan perubahan drastis atas kepribadian individu saat jatuh cinta. Tiga sub-tahap tersebut dipengaruhi oleh adrenalin, dopamin, dan serotonin dalam tubuh manusia.
Adrenalin mendorong seseorang untuk merespon stres, meningkatkan kortisol dalam tubuh, dan menangkap reaksi. Dengan begitu, kondisi fisik seseorang yang sedang jatuh cinta pun cenderung berubah. Orang yang sedang jatuh cinta akan merasakan perubahan fisik seperti jantung berdetak lebih kencang dan mulut terasa kering.
Sementara itu, hormon dopamin terlepaskan oleh tubuh untuk memberi rasa senang, gembira, dan bahagia pada diri manusia. Tidak heran kalau orang yang jatuh cinta cenderung kelihatan lebih ceria dan dramatis dibandingkan sebelumnya. Terakhir, hormon serotonin membantu manusia untuk mempertahankan rasa senang dengan cara memikirkan orang yang dicintainya.
► Karena Tubuh Punya Hormon Kasih Sayang
Setelah melewati dua tahap cinta di atas, maka ikatan antara seseorang dengan orang yang dicintainya semakin kuat satu sama lain. Ikatan inilah yang membuat seseorang berani melanjutkan hubungan ke jenjang berikutnya yang lebih tinggi, seperti halnya hubungan pacaran atau bahkan hubungan pernikahan. Para peneliti tentang cinta menyebutkan bahwa terdapat dua jenis hormon yang berpengaruh pada tahap ini, yaitu hormon oksitosin dan vasopressin.
Hormon oksitosin dikenal juga sebagai "hormon berpelukan," yaitu salah satu hormon yang paling yang dilepaskan oleh perempuan maupun laki-laki, terutama saat orgasme. Oksitosin ini juga akan semakin memperkuat rasa kasih sayang antara seseorang dengan orang yang dicintainya. Semakin sering pasangan bercinta, maka ikatan yang dimiliki pun akan semakin kuat.
Sementara itu, Vasopressin dikenal sebagai anti-diuretik yang berperan mengendalikan rasa haus. Hormon ini dilepaskan dalam jumlah besar dengan cepat setelah berhubungan seks. Meskipun otak perempuan dan laki-laki secara struktural berbeda, mereka berdua mengeluarkan vasopressin dari kelenjar pituitari yang sama.
Kenapa Manusia Jatuh Cinta? Ini Jawabannya!
► Karena Manusia Punya Nafsu
Nafsu dikatakan sebagai tahap awal dalam hubungannya dengan cinta. Nafsu sendiri distimulus oleh hormon seksual di dalam tubuh. Hormon inilah yang kemudian menggairahkan nafsu seseorang di dalam otaknya. Estrogen dan Testosteron adalah dua jenis dasar hormon yang terdapat pada tubuh manusia dengan proses limbik yang kemudian menanggapi nafsu tentang kesehatan dan cara mengurangi stres.
► Dari Nafsu, Muncullah Daya Tarik
Tahap kedua pada saat manusia jatuh cinta dilandasi oleh daya tarik. Fase ini dikatakan sebagai salah satu momen indah hidup. Ini adalah fase ketika seseorang benar-benar mulai merasakan cinta. Seseorang dalam fase ini akan merasakan ketidaksabaran untuk menarik seseorang sehingga merasa gembira saat bertemu, merasa tersiksa saat merindu, dan merasa ingin selalu dekat dengan yang dicinta.
Secara ilmiah, telah disimpulkan dalam penelitian mengenai cinta bahwa ada tiga sub-tahap yang menggambarkan perubahan drastis atas kepribadian individu saat jatuh cinta. Tiga sub-tahap tersebut dipengaruhi oleh adrenalin, dopamin, dan serotonin dalam tubuh manusia.
Adrenalin mendorong seseorang untuk merespon stres, meningkatkan kortisol dalam tubuh, dan menangkap reaksi. Dengan begitu, kondisi fisik seseorang yang sedang jatuh cinta pun cenderung berubah. Orang yang sedang jatuh cinta akan merasakan perubahan fisik seperti jantung berdetak lebih kencang dan mulut terasa kering.
Sementara itu, hormon dopamin terlepaskan oleh tubuh untuk memberi rasa senang, gembira, dan bahagia pada diri manusia. Tidak heran kalau orang yang jatuh cinta cenderung kelihatan lebih ceria dan dramatis dibandingkan sebelumnya. Terakhir, hormon serotonin membantu manusia untuk mempertahankan rasa senang dengan cara memikirkan orang yang dicintainya.
► Karena Tubuh Punya Hormon Kasih Sayang
Setelah melewati dua tahap cinta di atas, maka ikatan antara seseorang dengan orang yang dicintainya semakin kuat satu sama lain. Ikatan inilah yang membuat seseorang berani melanjutkan hubungan ke jenjang berikutnya yang lebih tinggi, seperti halnya hubungan pacaran atau bahkan hubungan pernikahan. Para peneliti tentang cinta menyebutkan bahwa terdapat dua jenis hormon yang berpengaruh pada tahap ini, yaitu hormon oksitosin dan vasopressin.
Hormon oksitosin dikenal juga sebagai "hormon berpelukan," yaitu salah satu hormon yang paling yang dilepaskan oleh perempuan maupun laki-laki, terutama saat orgasme. Oksitosin ini juga akan semakin memperkuat rasa kasih sayang antara seseorang dengan orang yang dicintainya. Semakin sering pasangan bercinta, maka ikatan yang dimiliki pun akan semakin kuat.
Sementara itu, Vasopressin dikenal sebagai anti-diuretik yang berperan mengendalikan rasa haus. Hormon ini dilepaskan dalam jumlah besar dengan cepat setelah berhubungan seks. Meskipun otak perempuan dan laki-laki secara struktural berbeda, mereka berdua mengeluarkan vasopressin dari kelenjar pituitari yang sama.