JOKOWI STOP KONTRAK KARYA FREEPORT
Presiden Jokowi memeluk Lukas Enembe, Gubernur Papua. Lukas membalas
pelukan Jokowi. Mata keduanya terlihat basah. Sesaat, suasana acara Mata Najwa
jadi hening. Najwa Shihab berkali-kali mengusap matanya. Dia juga terisak.
Penonton di studio Metro TV sesenggukan. Mereka terharu.
Setelah keheningan di studio mulai cair, Wakil Presiden Jusuf Kalla yang
duduk di barisan depan segera berdiri menyalami Jokowi dan Lukas. Disusul di
belakangnya Luhut Panjaitan, Sudirman Said, Rini Soemarno, Surya Paloh, dan
Setya Novanto. Suasana lalu berubah menjadi kegembiraan. Semua orang di studio
tersenyum.
Selasa malam kemarin, produser Mata Najwa mengundang Jokowi dan Lukas
tampil di Mata Najwa. Isu yang dibahas adalah isu sensitif dan sedang panas:
keberadaan Freeport di Papua. Mulanya Lukas yang tampil pertama, sembari
menunggu Jokowi datang. Di pengantar komentarnya, Lukas meminta pemerintah
pusat tegas kepada Freeport termasuk (kalau perlu) untuk tidak memperpanjang
kontrak karya.
Sembari tersenyum, Najwa kemudian memancing Lukas: apa yang akan dilakukan
gubernur Papua seandainya Freeport benar-benar hengkang dari tanah Papua. “Saya
tak mau berandai-andai. Kami orang Papua, butuh yang konkret. Bukan janji dan
seandainya.”
Penonton bertepuk tangan setelah seorang produser yang tidak disorot kamera
memberikan aba-aba untuk bertepuk tangan. Jusuf Kalla manggut-manggut. Luhut
menatap serius. Sudirman cemberut. Rini tanpa ekspresi. Setya memejamkan mata.
Surya mengelus-elus dagunya yang penuh bulu.
Tepuk tangan penonton semakin keras saat Jokowi masuk ke studio bersamaan
dengan berakhirnya pengambilan gambar untuk Lukas. Semua pejabat segera
berdiri, memberi hormat dan menyalami Jokowi. Sebelum duduk, Jokowi melambaikan
tangan ke arah penonton dan mesam-mesem. Najwa berjalan mendatangi Jokowi dan
menyalami. Keduanya saling sapa dan tertawa.
Beberapa menit kemudian, produser memberi isyarat pengambilan gambar kedua
akan segera dimulai. Jokowi dan Najwa diminta tampil ke panggung, duduk di
kursi berhadapan dengan Najwa.
Roll… action…
Kamera menyorot Najwa, dan dia segera memberi pengantar dengan narasi penuh
rima mirip narasi acara Silet. “Freeport adalah isu besar. Kehadirannya
menyangkut nasib bangsa yang besar. Tapi akankah pemerintah mengambil keputusan
yang besar? Sejauh apa keputusan besar itu akan berdampak seandainya tambang
Freeport, kelak diambil oleh putra-putri dari bangsa yang besar? Permisa, di
tengah-tengah kita telah hadir Presiden Jokowi yang akan menjelaskan soal isu
besar itu…”
“Selamat malam, Pak Presiden, selamat datang di Mata Najwa…”
“Selamat malam, Mbak Najwa. Anda ini hebat. Semua pejabat bisa dikumpulkan
di studio. Pak Surya pintar memilih Mbak Najwa…”
Bersamaan dengan itu, produser memberi aba-aba agar penonton di studio
bertepuk tangan, dan seluruh penonton segera bertepuk tangan. Najwa membuka
pertanyaan dengan meminta penjelasan Jokowi soal kemungkinan tidak
memperpanjang kontrak karya Freeport. Jokowi mesam-mesem menyimak pertanyaan
Najwa tapi sejurus kemudian wajahnya berubah serius.
“Begini, Mbak Najwa. Hari ini, saya mendapat laporan ada 41 anak-anak di
Mbuwa, Nduga, Papua meninggal dunia. Mereka menderita penyakit yang belum
diketahui. Para dokter di Wamena dan Jayawijaya angkat tangan, dan tentu saja
saya sebagai presiden merasa terpukul…”
Suasana di studio menjadi hening. Najwa yang biasa menyela terlihat menahan
diri. Jokowi segera melanjutkan penjelasannya.
“Papua itu kaya, Mbak Najwa, dan tambang Freeport hanya salah satu kekayaan
tanah Papua. Saya sungguh bersedih, karena anak-anak itu seharusnya tidak mati
di tanah yang kaya…”
“Kami dengar mereka terserang malaria, Pak Presiden?”
“Laporan awal yang masuk pada saya juga mengatakan begitu tapi para dokter
sudah memastikan, mereka bukan mati karena malaria.”
“Sakit apa mereka…?”
“Ya itu yang belum diketahui.”
“Sudah ada tim yang akan dikirim ke Papua, Pak Presiden?”
“Betul. Saya sudah membentuk tim. Tim ini sudah saya buat sejak seminggu sebelumnya,
tapi bukan tim untuk menyelidiki kasus kematian 41 anak-anak Papua itu.”
“Lalu tim apa, Pak Jokowi?”
“Saya membentuk tim pemutusan kontrak karya untuk Freeport Indonesia. Saya
Presiden Republik Indonesia, Mbak Najwa. Dan saya akan sampaikan lewat Metro
TV… Sebagai Presiden Republik Indonesia, saya memutuskan untuk tidak
memperpanjang kontrak karya Freeport Indonesia. Dan mulai akhir tahun depan,
semua pengelolaan Freeport harus diserahkan kepada pemerintah Indonesia…”
Suasana seketika menjadi hening. Mata para pejabat yang duduk di bangku
barisan depan, membelalak semuanya seolah tak percaya dengan penjelasan Jokowi.
Prosedur acara juga sampai lupa untuk memberi aba-aba agar penonton bertepuk
tangan.
“Terus bagaimana kelanjutan penambangan Freeport, Pak?”
“Soal sisa kontrak Freeport yang berakhir pada tahun 2019, akan kami
selesaikan dengan cara bermartabat dan terhormat. Pengelolaan bekas tambang
Freeport, setelah itu akan diserahkan kepada Papua untuk digunakan
sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat di sana. Semuanya. Sebagian besar,
pemerintah pusat hanya akan mengawasi dan mengambil sedikit bagian yang akan
disalurkan lewat APBN untuk digunakan oleh daearah-daerah lain terutama daerah
yang miskin…”
Belum selesai Jokowi menjelaskan, Lukas segera berdiri dan berjalan ke arah
Jokowi. Dia menyalami Jokowi. Jokowi menyalami dan memeluk Lukas. Produser
telat memberi aba-aba karena semua penonton sudah telanjur bertepuk tangan.
Adegan itu sebetulnya tak masuk dalam run down acara Mata Najwa tapi empat
kamera besar di studio terus merekamnya.
“Terima kasih, Pak Presiden. Terima kasih. Kami tidak salah pilih, Pak
Jokowi adalah Presiden rakyat…”
Lukas membalas pelukan Jokowi. Jokowi semakin mendekap Lukas. Mata keduanya
lalu berkaca-kaca.
Setelah menyalami Jokowi dan Lukas, terlihat Luhut, Rini, dan Sudirman
seperti sibuk menelepon dengan ponsel mereka. Penonton meriung, bergantian
menyalami Jokowi dan Lukas. Paspampres kewalahan tapi Jokowi melarang mereka
mengusir penonton yang mendekat.
Di pojok panggung, Jusuf Kalla dan Surya tampak berbicara pelan dan serius.
Surya kemudian memanggil Najwa dan berbicara tak kalah serius sambil
menuding-nuding. Najwa manggut-manggut.
Malam itu Jokowi membuat lembaran sejarah baru bagi Indonesia, bagi Papua.
Dia telah menunjukkan kelasnya sebagai pemimpin berbakat, penuh wibawa dan
penuh ketegasan. Bukan presiden yang kelasnya hanya disetir oleh kepentingan
politik dan bisnis segelintir elite.
Najwa Shihab pun mendapat banyak ucapan selamat. Ponselnya berdering tanpa
henti. Tapi Najwa BINGUNG karena merasa Metro TV TIDAK PERNAH mengambil gambar
untuk acara Mata Najwa yang menghadirkan Jokowi dan Lukas untuk membahas
pencabutan kontrak karya Freeport. Tidak pernah ada.