Beberapa waktu lalu, banyak sekali SHARE
di Facebook tentang kritikan Cak Nun kepada Ust. Yusuf Mansur.
Dengan menshare berita Kritik dari Cak Nun
tersebut, Netizen banyak yang heboh dan dengan semangat mencaci maki metode
Sedekah ala Ust. Yusuf Mansur.
Banyak yang hatinya penuh kedengkian,
memanfaatkan berita ini untuk menjatuhkan kredibilitas dari Ust. Yusuf Mansur.
Banyak umat yang bingung, ini keduanya
khan da'i, harus ngikut yang mana? Sama-sama kondangnya lagi.
================================================
Untuk memahami apa yang disampaikan oleh
keduanya, maka kita juga harus tahu dulu, cara berpikir, atau pola pikir dari
kedua ustadz/ulama kita tersebut.
Ustadz Yusuf Mansur berbicara dengan gaya
yang sederhana. Pendengarnya rata-rata adalah orang yang masih sangat awam
dengan agama islam, walaupun agama mereka islam.
Cak Nun (Emha Ainun Nadjib) sejak tahun
1998 saya sudah sangat kepincut dengan gaya berpikir dari beliau. Untuk memahami
cara berpikirnya, tidak bisa hanya sekali dengar langsung bisa kita cerna.
Kata-katanya dalam, harus dipikir ulang, baik dengan akal maupun hati.
Kalimatnya sering kontroversial bagi yang belum mengenal cara berpikir beliau.
Nah, itu latar belakang cara berpikir
beliau berdua.
Mari kita membahas lebih dalam lagi.
Didalam ibadah seorang muslim, menurut
ulama besar Abul Laitsi As Samarqand didalam kitabnya Tanbihul Ghafilin,
dijelaskan, bahwa ibadah seorang muslim itu dibagi menjadi 3:
1. Al 'Umm (Umum)
Yaitu tingkatan ibadah yang sekedar
menjalankan apa yang diperintahkan oleh Alloh SWT. Sekedar menggugurkan
kewajiban.
2. Al Khawash (Pilihan/Khusus/Istimewa)
Yaitu tingkatan ibadah yang lebih khusus
lagi, mereka menjalankan ibadah dan merealisasikan di dalam perbuatan
sehari-hari. Mereka menjaga anggota badan dari berbuat segala kemaksiatan.
3. Khawasil Khawas (Khusus dari yang
khusus/istimewa dari yang istimewa)
Yaitu tingkatan ibadah yang khususnya
khusus. Mereka adalah orang yang menjalankan ibadah, merealisasikan didalam
perbuatan mereka sehari-hari, menjaga anggota badan dari segala kemaksiatan dan
juga selaras dengan hatinya yang bersih dari keinginan maksiat, iri dan dengki.
Kebanyakan ummat ini, masih tergolong
kepada tingkatan yang pertama, yaitu masih tergolong kepada golongan umum saja.
Dan ini bukanlah sebuah kesalahan.
Sebab, dengan terus menjalankan kewajiban
dengan baik, insya Alloh pada akhirnya Alloh akan membuka hati kita sehingga
kita bisa beribadah menuju tingkatan yang lebih tinggi lagi.
Bukankah sekolah saja ada tingkatannya?
Asal belajar sungguh-sungguh, akhirnya bisa naik kelas juga?
Mari, kembali ke masalah CAK NUN dan Ust.
YUSUF MASUR
Cak Nun mengatakan bahwa ketika
bersedekah, tidak boleh kita mengharap balasan apapun. Bersedekah hanya niat
saja karena Alloh. Sudah cukup. Kalau kita mengharap balasan, maka apa bedanya
sedekah dengan berdagang/berniaga?
Alloh melarang setiap amal perbuatan yang
ditujukan bukan karena Alloh SWT.
Sementara Ust. Yusuf Mansur mengatakan,
dengan DALIL AL QUR'AN, "Man ja'a bil khasanati falahu 'asyru
amtsaliha." (Barang siapa membawa 1 kebaikan, maka baginya balasan 10 kali
lipat yang semisalnya).
Bahkan Alloh sendiri yang mengatakan bahwa
Membaca Al Qur'an, Mendirikan Sholat dan Bersedekah adalah perniagaan dengan
Alloh, sebagaimana didalam firmanNYA:
" Sesungguhnya orang-orang yang
selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan MENAFKAHKAN SEBAGIAN DARI
REZEKI yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan,
mereka itu mengharapkan PERNIAGAAN yang tidak akan merugi, agar Allah
menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari
karuniaNya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri." (Q.S.
Fathir: 29 – 30)
Terus mana yang benar?
Saya jawab: KEDUANYA BENAR.
Bagaimana mungkin, pernyataan keduanya
benar?
1. Yusuf Mansur berbicara kepada
orang-orang awam yang pengatahuan agamanya masih kurang. Sementara Cak Nun
memberikan tinjauan secara tasawuf.
2. Jika orang awam diberikan pemahaman
secara tasawuf, bahwa sedekah harus langsung ikhlas, langsung hanya karena
Alloh, tanpa mengharapkan balasan apapun dari Alloh SWT, maka mereka orang awam
tidak akan dapat memahami maksudnya. Ikhlas saja mereka tidak tahu seperti apa
bentuknya, rasanya, rupanya. Bagaimana mau ikhlas. Bisa jadi, orang akan malas
bersedekah karena merasa belum bisa ikhlas. Belum bisa menata hati agar tidak
mengharap balasan dari Alloh saja.
3. Yusuf Mansur memberikan penjelasan
sederhana untuk orang awam, sehingga mampu dicerna akal pikiran mereka yang
masih awam tentang agama. Yang penting, mau beramal shalih dulu, semoga dengan
amal shalih mereka ini, pada akhirnya tingkat keimanannya akan meningkat
sehingga pada akhirnya amal shalih yang terus menerus dilakukannya itu bisa
ikhlas murni karena mengharap ridho Alloh semata.
4. Cak Nun benar dengan mengatakan, bahwa
sedekah yang semata-mata mengharap balasan materi dari sedekah yang
dikeluarkan, tidak diperbolehkan. Tinjauan tasawufnya: Karena orang tersebut
berbuat bukan karena Alloh, tetapi karena mengharap imbalan. Jadi orang ini,
acuh kepada Alloh, yang diharapkan setelah bersedekah adalah "Mana Imbalan
10x lipatnya dari Alloh". Orang ini orientasinya tetap duniawi, bukan ridho
Alloh semata.
Jadi mau dikasih balasan atau tidak jika
niat sudah karena Alloh, mereka tidak peduli, yang penting Alloh meridhoi.
5. Agar lebih jelas, saya berikan anda
contoh tentang surga neraka, ditinjau secara tasawuf.
Banyak orang yang beribadah karena mengharapkan
SURGA, dan karena mereka takut kepada NERAKA.
Sejatinya, surga dan neraka adalah MAHKLUK
yang Alloh SWT ciptakan. Sehingga ketika seseorang beribadah semata-mata karena
ingin surga dan takut neraka, maka berarti ibadahnya bukan karena Alloh tetapi
karena MAKHLUK (yaitu Surga dan Neraka).
Jika seseorang beribadah karena takut
neraka dan karena kepingin surga, bukan karena kepingin ridho Alloh, maka
berarti dia melakukan KESYIRIKAN, karena ibadahnya karena makhluk, bukan karena
Alloh.
Jika orang beribadah karena mengharap
Ridho Alloh SWT, maka mau dimasukkan neraka sekalipun, asal mendapat ridho
Alloh, maka orang ini akan tetap ikhlas menerima.
Jika beribadah mengharap ridho Alloh
semata, masuk surgapun orang ini tidak akan mau, jika masuk surga tetapi Alloh
tidak ridho.
Kajian tasawuf ini harus dalam. Dalam
logika pemikiran, memang benar bahwa ibadah harus mengharapkan ridho Alloh
semata. Tetapi jika Alloh ridho, maka tidak mungkin juga Alloh akan memasukkan
kedalam neraka orang yang diridhoinya. Dan tidak mungkin juga Alloh tidak
meridhoi orang yang masuk surga.
Nah, kajian tasawuf ini membutuhkan
ketenangan hati dan kebersihan pikiran untuk dapat memahaminya.
Jadi, CAK NUN BENAR secara TASAWUF, karena
memang manusia harus beribadah hanya kepada dan karena Alloh semata.
Ust. YUSUF MANSUR BENAR karena beliau
berbicara kepada orang awam/umum, yang belum mengerti tinjauan yang lebih dalam
/ lebih tinggi lagi tentang agama islam.
Dari ibadah kita yang masuk ke golongan Al
'Umm, semoga bisa meningkat menjadi Khawas, bahkan Khawasil khawas. Amiin YRA.
Mohon share, agar informasi ini bisa
sampai kepada mereka yang pro dan kontra. Agar mereka tahu, bahwa ulama kita
bukan sedang berselisih paham. Agar hilang kebencian dihati mereka kepada salah
satu dari ulama kita ini.
Agar tidak ada pihak yang kembali
memperkeruh suasana dengan membenturkan kedua ulama kita ini. Agar orang yang
ingin memecah belah umat ini tidak bisa lagi berbicara.
Semoga Bermanfaat