SEMUA pasti menginginkan dirinya memiliki kecerdasan dengan IQ yang
tinggi. Kecerdasan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti keturunan,
lingkungan dan makanan yang dikonsumsi. Ternyata hal itu bukanlah jalan
satu-satunya penunjang untuk memiliki kecerdasan.
Kerap kali sedikit yang mengatakan bahwa potensi IQ pada diri
masing-masing di doktrin lemah. Memang, tidak bisa dipungkiri IQsetiap orang
berbeda-beda, tetapi jangan menjadikan pula paradigma kita diseret dengan
kepesimisan.
Salah satu yang menjadi permasalahan dikalangan pencari ilmu, adalah
keluhan mengenai susahnya menghapal sajian-sajian pelajaran. Dampak buruk dari
masalah tersebut tidak bias terelakan. Misalnya saja contoh paling ringan,
biasanya kerap ditemukan disaat ujian-ujian berlangsung. Dikarenakan diri sudah
terdoktrin lemah menghapal ilmu yang telah disajikan, alhasil metode yang
digunakkan buka buku, menghapal sampai pusing sembrawut karena pelajaran tidak
ada yang tercerna akhirnya tutup buku memili ngobrol dan tidur. Ujian tiba,
soal di depan mata contekan disiapkan diatas meja, buka buku tidak lupa.
Di dalam kitab tersebut dikatakan yang lebih utama menguatkan hapalan
yakni dengan membaca Al-Qur’an dengan cara melihat tulisannya (tidak dengan
hapalan). Sabda nabi SAW: “Ibadah yang paling utama dari umatku adalah membaca
al-qur’an dengan cara melihat tulisannya.”
Syekh Syaddad bin Hakim pernah bermimpi bertemu arwah temannya yang
telah yang telah meninggal,lalu dia bertanya: “Perbuatan apakah yang paling
bermanfaat yang engkau rasakan ? “Jawabannya: “Membaca Al-qur’an dengan melihat
tulisannya.” Maka dari itu, menghapal mudah membaca al-qur’an jangan susah.
Kemudian faktor lain untuk menguatkan hapalan yaitu ketika akan membawa
(mengkaji) sebuah buku, membaca do’a: “Bissmillahi wasubhanaallahi wal-hambdu
lillahi walaa ilaaha illallaahu wallahu akbaru walla haula wala quwwata illa
billahi ‘alaliyyil ‘azhimil ‘aziizil a’limi ‘adada kulli harfin kutiba
wayuktabu abadal aabidina wadahrod daahiriina.”
Dan setiap selesai menulis membaca do’a: Aamantu billahi waahidil
aahidil haqqi wahdahu laa syariikalahu wakafartu bimaa siwaahu.
Sertakan rasa pasrah kepada Allah, mohon untuk dikuatkan hafalannya,
karena pemilik utama ilmu yakni Allah semata. Kemudian jangan lupa perbanyak
shalawat kepada Nabi SAW dan tinggalkan maksiat.