Sheikh Muszaphar Shukor sedang sholat di ruang angkasa
Ketika tahun 2007 astronot Malaysia, Sheikh Muszaphar Shukor, mengikuti
misi perjalanan ke ruang angkasa, dia bertanya pada ulama tentang tata cara
shalat.
Shukoor memang bukan Muslim pertama yang ke luar angkasa, tetapi
pertanyaannya menjadi bahan perhatian dari 150 ilmuwan Muslim dan ulama di
bawah naungan badan antariksa Malaysia.
Dilansir dari Muslim Village, Selasa (22/9) yang dikutip Republika,
konsensus 150 ilmuwan dan ulama itu menjadi fatwa yang disetujui oleh Dewan
Fatwa Nasional Malaysia. Muslim World Journal mencatat ringkasan fatwa
tersebut.
Soal arah kiblat, para ulama mengatakan ada empat pilihan. Pertama,
menghadap Kakbah di bumi (yang akan bergerak relatif terhadap ISS). Kedua,
menghadap proyeksi Kakbah di langit. Ketiga, menghadap bumi. Keempat, menghadap
mana saja.
Berkaitan dengan berdiri, ruku dan sujud, para ulama menyederhanakan
masalah ini. Dia cukup melakukan gerakan yang dimungkinkan dalam sebuah kostum
ruang angkasa, bahkan jika itu berarti shalat tanpa gerakan atau berbaring. Ini
hal yang sangat membantu di tengah medan gravitasi nol!
Fokusnya, tentu saja, memungkinkan seorang Muslim beribadah tanpa
memaksanya melakukan sesuatu yang mungkin sangat sulit atau berbahaya. Para
ulama juga memutuskan, waktu puasa, seperti halnya shalat, ditentukan oleh
waktu dari tempat peluncuran.
Lantas, bagaimana masa depan umat Islam di luar angkasa? Sangat mungkin
bahwa dengan pesatnya kemajuan teknologi dan penjelajahan ke luar angkasa, umat
Islam akan terus terlibat dalam perjalanan ruang angkasa. Maka, hanya masalah
waktu sebelum hukum antarplanet memunculkan ijtihad baru di tingkat yang lebih
besar.